KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah P2PL dengan judul “bronkitis”. Makalah ini berisi penjelasan tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis,, patofisiologi, dan penatalaksanaan penyakit bronkhitis serta dampak penyakit bronkhitis pada lingkungan.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Gorontalo, Oktober 2017
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. 1DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................... 3
Rumusan Masalah.................................................................................. 4
Tujuan Penulisan.................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
Definisi................................................................................................... 5
Penyebab................................................................................................ 5
Manifestasi klinis................................................................................... 6
Distribusi penyakit................................................................................. 6
Cara penularan penyakit........................................................................ 7
Masa inkubasi penyakit......................................................................... 8
Pengendalian, pencegahan dan kontak penyakit dengan lingkungan.. 8
Pengobatan penyakit.............................................................................. 9
WOC...................................................................................................... 10
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................. 11
Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).
Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun 2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat menderita penyakit bronkitis adalah infeksi saluran napas yang berat dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernapas, hingga kematian (Puspitasari, 2009).
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien bronkitis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain yang sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitis yaitu infeksi virus atau bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar iritan di tempat kerja, dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya uap logam ( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat, beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu juga dapat menyebabkan bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009) Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Surakarta pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus bronkitis sebanyak 207 kasus. Sedangkan jumlah kasus Bronkhitis yang terjadi pada tahun 2015 sampai dengan bulan April sebanyak 53 kasus. Di RSUD Surakarta mencatat kejadian Bronkhitis hingga saat ini terus bertambah di bangsal anak Anggrek 8 RSUD Surakarta (Rekam medik RSUD Surakarta, 2015).
Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “brokhitis” dengan maksud untuk menambah informasi bagi pembaca.
1.2. Rumusah Masalah
1) Apakah definisi penyakit bronkhitis?
2) Apa saja penyebab penyakit bronkhitis?
3) Bagaimana distribusi penyakit bronkhitis?
4) Bagaimana cara penularan penyakit bronkhitis?
5) Berapa lama masa inkubasi penyakit bronkhitis?
6) Bagaimana cara pengendalian, pencegahan dan cara kontak penyakit bronkhitis dengan lingkungan?
7) Bagaimana pengobatan penyakit bronkhitis?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Apakah definisi penyakit bronkhitis?
2) Apa saja penyebab penyakit bronkhitis?
3) Bagaimana distribusi penyakit bronkhitis?
4) Bagaimana cara penularan penyakit bronkhitis?
5) Berapa lama masa inkubasi penyakit bronkhitis?
6) Bagaimana cara pengendalian, pencegahan dan cara kontak penyakit bronkhitis dengan lingkungan?
7) Bagaimana pengobatan penyakit bronkhitis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
a. Bronkhitis akut
Bronkhitis adalah penyakit pernafasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan inflamasi pada bronkus. Penyakit ini biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri atau inhalasi iritan seperti asap rokok dan zat-zat kimia yang ada di dalam polusi udara. Penyakit ini memiliki karakteristik produksi mukus yang berlebihan.
b. Bronkhitis kronik
Bronkitis kronik adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi mukus berlebihan disaluran nafas bawah dan menyebabkan batuk kronis. Kondisi ini terjadi selama setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
Resiko utama berkembangnya bronkhitis kronis adalah asap rokok. Komponen asap rokok menstimulus perubahan sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Komponen-komponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis, yang merupakan ciri khas bronkitis kronis.
(Corwin, Elizabeth J.2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC)
2.2 PENYEBAB
Penyebabnya yakni virus, bakteri dan alergi. Seperti radang tenggorokan, bronkhitis bisa terjadi karena virus atau bakteri yang langsung bersarang di sana ataupun merupakan rentetan dari penyakit saluran napas bagian atas. Selain itu saluran napas yang menerima rangsangan terus-menerus dari asap rokok, asap/debu industri atau keadaan polusi udara yang menyebabkan keradangan kronis dan produksi lendir yang berlebihan sehingga mudah menimbulkan infeksi berulang.
a. Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.
b. Penyebab utama Bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok, kandungan tar pada rokok bersifat merangang secara kimiawi sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran pernafasan. Bronkhitis kronik juga dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan yang terjadi secara berulang-ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Disebutkan pula bahwa Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain(Jazeela Fayyaz, DO, Jun 17, 2009). Faktor keluarga dan genetis/keturunan juga berperan membuat seseorang terkena bronkhitis kronik.
2.3 MANIFESTASI KLINIK
a. Bronkitis akut
• Batuk, biasanya produktif dengan mukus kental dan sputum purulen.
• Dispneu.
• Demam.
• Suara serak
• Ronkhi (bunyi paru diskontinu yang halus atau kasar), terutama saat inspirasi.
• Nyeri dada yang kadang timbul.
b. Bronkitis kronik
• Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk dengan inhalasi iritan, udara dingin, atau infeksi.
• Produksi mukus dalam jumlah sangat banyak.
• Sesak nafas dan dispneu.
(Corwin, Elizabeth J.2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC)
2.4 DISTRIBUSI PENYAKIT
Di indonesia, belum ada angka mordibitas bronkitis kronik, kecuali di rumah sakit sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat (national center for health statistic) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya didiagnosa bronkitis kronis. Angka ini pun di duga masih dibawah angka mordibitas yang sebenarnya karena bronkitis kronis yang tidak terdiagnosis.
Dalam sebuah study longitudinal 30 tahun dari 1.711 pria Filandia, kejadian komulatif dari bronkitis kronis adalah 42% pada perokok aktif, 26% pada mantan perokok, dan 22% di pernah perokok. Bronkhitis kronik mempengaruhi sekitar 10 juta orang di Amerika Serikat, dan mayoritas adalah antara 44 dan 65 tahun. Beberapa 24,3% dari individu dengan bronkhitis kronik lebih tua dari 65 tahun, dan yang mengejutkan 31,2% adalah antara usia 18 dan 44 tahun.
Menurut pusat statistik kesehatan nasional 2009 melaporkan 67,8% pasien dengan bronkhitis kronik adalah perempuan. Study lain pada pasien Afrika selatan sama melaporkan bahwa perempuan mendominasi populasi bronkhitis kronik.
Sebuah study 10 tahun dari 21.130 Danish pasien menunjukan bahwa prevelansi kumulatif lendir kronis sekresi adalah 10,7% pada wanita dibandingkan 8,7% pada pria. Alasan untuk prevelensi yang lebih tinggi di bronkhitis kronik pada wanita dibandingkan pada laki-laki tidak jelas, tetapi mungkin karena pengaruh hormonal, prbedaan jenis kelamin dalam melaporkan gejala, dan jenis kelamin Bias diagnostik. (American Journal of respiratory and critical care medicine, 2013)
Distribusi dan frekuensi
a. Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkhitis di India, data yang diperoleh untuk usia penderita (≥ 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun) sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu penderita bronkhitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. (McKay, Alisa J).
b. Tempat dan Waktu
Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kenderaan bermotor, asap pembakaran dan asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronkhitis. (Kusnputranto H, Susana D.,)
Bronkhitis lebih sering terjadi dimusim dingin pada daerah yang beriklim tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah tropis (Muwarni, A.)
2.5 CARA PENULARAN PENYAKIT
Untuk penularan penyakit bronkitis akut sendiri hampir sama pada kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, berikut cara penularan penyakit bronkitis :
1. Melalui bersin atau batuk penderita bronkitis
2. Makanan atau minuman bekas penderita bronkitis
3. Melalui partikel kecil
4. Menyisih hidung
Diatas merupakan beberapa cara penularan penyakit bronkitis yang biasa dijumpai, untuk itu anda harus selalu waspada terhadap apa yang ada disekitar anda termasuk terhadap penderita penyakit bronkitis.
2.6 MASA INKUBASI PENYAKIT
Masa inkubasi bronkhitis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung pada jenis infeksi. Seperti namanya, bronkhitis adalah penyakit yang berhubungan dengan kondisi abnormal dari saluran brokhial pada sistem pernafasan. Tabung bronkhial atau bronchi adalah saluran udara yang menuju ke paru-paru. Pada penderita bronkhitis, lapisan selaput lendir dari saluran pernafasan mengalami peradangan. Bronkhitis dapat bersifat akut dan kronis. Masa inkubasi bronkhitis dapat bervariasi sesuai dengan faktor penyebab.
.
2.7 CARA PENGENDALIAN
a. Pencegahan
1) Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
(Noor, N.N., 2006)
Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
(a) Membatasi aktivitas atau kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.
(b) Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampai leher.
(c) Hindari makanan yang merangsang batuk seperti gorengan, minuman dingin (es), dll.
(d) Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak dengan air hangat.
(e) Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
(f) Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidak mampuan. (Noor, N.N., 2006)
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:
(a) Diagnosis (Sidney, S., 2006)
(b) Pemeriksaan fisik (Cuvillo, Adel., et al., 2009)
(c) Pemeriksaan laboratorium
(d) Pengobatan (American Pharmacist Accociation, 2009.)
b. Cara kontak dengan lingkungan
Walaupun perubahan perilaku semacam berhenti merokok paling efektif pada stadium awal proses penyakit tersebut, keefektifannya juga terlihat dalam mengurangi kecepatan penurunan fungsi paru sekalipun fungsi tersebut sudah mengalami gangguan berat. Pada kasus dengan pajanan pekerjaan atau lingkungan diperkirakan memainkan peranan penting, perubahan pekerjaan atau pindah dari tempat tinggal yang sekarang merupakan tindakan yang sangat dianjurkan. Kesahihan nasihat semacam itu harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena dampaknya baik pada pasien dan keluarganya kemungkinan sangat besar. Perubahan lingkungan yang sederhana dapat berupa tindakan untuk menghilangkan pemakaian semprotan aerosol seperti deodoran, obat semprot rambut dan insektisida dari rumah tangga. Obat semprot rambut ternyata dapat menimbulkan respons jalan nafas yang akut, bahkan pada individu normal sekalipun. Tindakan preventif lainnya mencangkup vaksinasi setahun sekali terhadap strain virus influenza yang lazim terdapat atau yang diperkirakan akan terjangkit. Pasien perlu mendapatkan vaksin polisakarida pneumokokus hanya sekali dalam hidupnya mengingat keefektifan respons imunnya yang panjang. Namun demikian, jika vaksin yang diberikan sebelumnya hanya berisikan 14 tipe antigen kapsuler, vaksinasi 23 valen ulang yang ada sekarang ini mungkin dapat dianjurkan.
2.8 PENGOBATAN
a. Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim dingin untuk mengurangi insiden infeksi saluran nafas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkatkan pembentukan mukus dan pembengkakan.
b. Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran nafas akibat bronkhitis kronik yang mirip dengan spasme pada asma kronis, individu sering diberikan bronkodilator.
c. Obat anti inflamasi menurunkan produksi mukus dan mengurangi sumbatan.
d. Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
e. Mungkin diperlukan terapi oksigen.
f. Vaksinasi terhadap pneumonia pneumokokus sangat dianjurkan.
(Corwin, Elizabeth J.2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bronkhitis adalah penyakit pernafasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan inflamasi pada bronkus. Sedangkan Bronkitis kronik adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi mukus berlebihan disaluran nafas bawah dan menyebabkan batuk kronis.
Bronkhitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan membaik tanpa terapi 2 minggu yang terutama disebabkan oleh virus dimana alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran pernafasan atas juga dapat memudahkan terjadinya bronkhitis akut. Mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lendir dengan dahak yang berwarna kekuningan. Pada pemeriksaan akumulasi didapatkan ronkhi. Diperlukan diagnosa yang tepat agar penatalaksanaan dan pengobatannya tepat dan benar.
2. Saran
a. Semoga makalah ini dapat dijadikan pembelajaran terhadap mahasiswa atau tenaga kesehatan lain mengenai penyakit bronkhitis kronis dan akut.
b. Dapat menjadi referensi dalam pembuatan makalah mengenai penyakit bronkhitis kronis dan akut khususnya dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asdie, Ahmad H. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:EGC
2. Corwin, Elizabeth J.2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
3. Muwarni, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Edisi 1. Yogyakarta : Mitra Cindekia Press.
4. Noor, N.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:Rineka cipta
Komentar
Posting Komentar